poetry
Anomali
Tuhan bersemedi di dalam hati
Puan sibuk membenahi diri
Tuan mempertajam naluri
menumpulkan nurani
Hamba hanya angin yang selalu
mengembara
Menyambangi semua arah
Kami ??
Kami hanyalah makhluk yatim
piatu yang diaborsi dari rahim langit
Yang hingga saat ini hanya diam
membeku seperti batu
Yang mabuk dengan serbuk polusi
keadaan
Berpusing mencari dirinya
sendiri
Yang muda membara dengan
seberkas terik matahari
Yang menari-nari di
tengah-tengah kebisingan antara siang dan malam
Di seputar intrik, caci-maki,
dan tudingan
Kemudian melemparkan tubuh
dengan berjuta nafas keputus-asaan
Nafas yang berhembus dari mulut
ke mulut
Mulut yang berbusa kemunafikan
Kami ini hanyalah bisu
Yang mencoba merobek-robek
mulut sendiri
Dan membuka selebar-lebarnya
Untuk bicara ... bicara ... dan
mendeklarasikan diri
“ya inilah kami.”
Sebuah generasi yang akan
hilang tapaknya
Tak membekas bayangnya
Yang melayang-layang diantara
selaksa bintang
Kemudian jatuh : di dalam
kotak-kotak pintar yang kami genggam sendiri
Di lokalisasi-lokalisasi
Di kedai-kedai tuak juga kopi
Mengambang di sinyal-sinyal
wifi
Di diskotik
Room-room karaoke
Mabuk wishkey, juga ekstasi
Berakhir di kurungan terali
besi
Matipun kami beroma basi
Menyusahkan diri orang-orang
yang kami tinggali
Komentar
Posting Komentar