poetry


mata luka sangkon karta

oleh : perisandi huizche

Mata Luka Sengkon Karta1

Serupa Maskumambang2

pupuh mengantarkan wejangan hidup
kecapi dalam suara sunyi menyendiri

pupuh dan kecapi membalut nyeri
menyatu dalam suara genting

manusia memiliki akal dan budi
didampingi kodrat hewani
mencapai jalan ilahi

inilah maskumambang yang melayang
menyelinap ke dasar sanubari
menembus dunia fana
dan abadi

terluka, melukai, dilukai, dan luka-luka
menganga akibat ulah manusia

manusia yang menjalankan cerita
tuhan yang menentukan akhirnya

Terengah-Engah dalam Tabung dan Selang
aku seorang petani bojongsari
menghidupi mimpi
dari padi yang ditanam sendiri

kesederhanaan panutan hidup
dapat untung
dilipat dan ditabung

1974 tanah air yang kucinta
berumur dua puluh sembilan tahun
waktu yang muda bagi berdirinya sebuah negara

lambang garuda
dasarnya pancasila
undang-undang empat lima
merajut banyak peristiwa

peralihan kepemimpinan yang mendesak
bung karno diganti pak harto
dengan dalih keamanan negara3

pembantaian enam jenderal satu perwira
enam jam dalam satu malam
mati di lubang tak berguna
tak ada dalam perang mahabarata
bahkan di sejarah dunia
hanya di sejarah indonesia

pemusnahan golongan kiri
PKI wajib mati

pemimpin otoriter
REPELITA
rencana pembangunan lima tahun
bisa jadi
rencana pembantaian lima tahun

di tahun-tahun berikutnya
kudapati penembak misterius
tak ada salah apalagi benar
tak ada hukum negara

pembantaian dimana mana
diburu sampai got dor
di mulut dor
di kepala
diikat tali
dikafani karung
penguasa punya tahta
yang tidak ada
bisa diada-ada

banyak orang jadi rampok
pencopet, penipu, penjudi
pesugihan, pelihara tuyul, ngepet
saling bunuh
atas dasar kebutuhan untuk makan
mencari suaka di tanah sendiri4

kemana pemerintah?
sibuk membangun

pemerintah dan rakyat
seperti air dan api
saling memusnahkan meski berdampingan
berdampak bagi petani!

1971 benih mulai dikomersialkan5
pupuk dan obat hama harganya tak sembarang
iuran ulu-ulu dengan dalih perbaikan irigasi
teknologi ikut-ikutan membebani
kesulitan benih bagus

apalah daya uangpun tak ada
padi jadi rusak
panen gagal
hama berkeliaran seenaknya

bagi keluarga kami
inilah musim paceklik
mencekik

akulah sengkon yang sakit
berusaha mengenang setiap luka
di dada, di punggung, di kaki
di batuk yang berlapis tuberkulosis6

Introgasi Karta
tak… tek… tak… tek….
suara mesin tik
bagai jarum
menusuk-nusuk kulit
“nama?”
 “karta, pak”
“pekerjaan?”
“petani, pak”
“no KTP?”
terdiam lama karena aku tak punya
“jawab, goblok!”

aku akan menjawab
namun pentungan lebih cepat mendarat
di rahang, dag!

aku kolep
kepala di atas meja

dalam ruangan yang disesaki asap rokok
lampu alakadarnya
menguraikan asal-muasal peristiwa
tak lancar mulut mengurai kata
jari kaki diinjak kursi

mata membelalak
mulut menganga
ahk!

aku karta pemilik tanah kurang lebih 6000 meter7
tubuh tinggi besar
berkumis tipis
garis wajah tegas

apalah artinya tanah
jika tak mampu lagi mengolah
modal itulah intinya

tanah tak mungkin ditumbuhi pohon uang
uang cuma ada di kantong para cukong

aku punya kantong, kantong bolong,
digigit tikus ompong
kalau aku banyak ngomong, dengan akhiran huruf ong
bibirku bisa-bisa monyong dan leherku bisa dipotong
cerita kakek-buyutku
tanah kami dikuasai oleh sinyoh-sinyoh eropa
dan para saudagar cina. tanah di urus oleh demang
dibantu juru tulis, kepala kampung
seorang amil, seorang pencalang, seorang pesuruh desa
dan seorang ulu-ulu alias si pengatur air8

tak berdampak
tetap saja kakek-buyutku seorang kuli
harapannya hanya cukup dapat makan
memprihatinkan

tak ada dulu
tak ada kini
nasib petani selalu tersingkir!

aku bukan penjahat!
aku bukan sedang menggugat
di tahun ini
bicara jujur malah ancur
membela sedikit dianggap PKI
diam tak ada jawaban
tak ada pilihan

aku menggerutu karena rindu kakek-buyutku!
 keringatnya masih tersisa di tanah ini

sekarang di tanah ini diberitakan
akan jadi penyangga ibu kota
semua serempak berupaya tumbuh lebih pesat
akan ada pabrik-pabrik
jalan raya
orang-orang asing

dengan keadaanku yang serba kurang
aku akan merasakan sekarat yang berlipat
aku harus tetap hidup, menjaga mulut
pinjam uang, bayar utang
itu jawaban untuk sekarang

Uang dan Kepedihan Yang Mengombak
karta datang pada sengkon
basa-basi jembatan percakapan
pinjam uang

apa yang mesti dipinjamkan?
sengkon tak punya

lesu di wajah karta
matanya berlinang menebas percakapan
entah kemana
pada siapa
entah hasil atau tidak
kabar di kuping

pinjam pada juragan sulaiman9
diperlakukan kurang baik

mau dapat pinjaman
jadilah jongos yang setia
jilat pantat sampai mengkilat

karta adalah kawan
sulaiman adalah kesabaran

kepedihan karta
layaknya ombak
ombak kecil
ombak besar
membenturi karang
keduanya berkeluarga dengan samudra

inilah hukum berpasangan
ada ombak ada karang
ada karta ada sulaiman
ada yang miskin
ada yang kaya
ciptaan tuhan atas nama keadilan

Karta Bicara Pada Langit
di tengah hamparan sawah yang kering
perasaan bergolak
kepala mendidih
amuk yang dipenjara
“tuhan,
sungguh ngeri hidup di negeri ini
segala masalah datang tak menemukan jawaban

orang yang sekolah tinggi
akhir-akhir ini banyak demonstrasi10
tak menghasilkan solusi

pembantaian, perpolitikan, ekonomi
pengangguran, kejahatan meningkat

sedangkan kau, tuhan
jangan katakan kau sedang sakit
seperti anakku yang terkapar di dalam kamar
tak bisa mengangkat tangan

aku menangis
sembuhkan anakku
tolonglah”


langit perlahan pucat
angin merangkul tubuh
dingin
petir menggelegar bagai teguran
langit mengucurkan tangisnya
tenang

“et dah, kenapa hujan-hujanan, kang?
ayo pulang nanti sakit”

aku tak menoleh, berulang kali ia berseru
lalu beranjak pergi, di kejauhan
“si karta mulai gila, ini bahaya!”
aku sempatkan melirik, ternyata dia anak kepala desa
si tukang gossip!

di jalan menuju rumah
orang-orang kampung
matanya tak berpaling
saling berbisik
entah apa, aku tak mau curiga

istriku mengkerutkan dahinya
“sudahlah, anakmu masih ada di kamar
tengoklah dia”
aku hanya bisa
membawa segelas air doa11

Keluarga Golek Beureum
perhiasan dan uang
kebo sapi lenyap di kandang

hasil panen dan buah-buhan di dahan hilang
banyak pencuri, rampok, begal, bajing luncat,
golek beureum

keluarga sengkon yang jawara
si pembuat tanda luka
mencipratkan cat merah di atap keluarga
cat merah perampokan
sekeluarga dapat julukan
 bahkan kutukan warga

dasar tukang rampok!
darah dan keturunan rampok!
keluarga golek beureum!12
yang tak merampok pasti nanti mentok jadi rampok!
bukankah ada pepatah
buah yang jatuh tidak jauh dari pohonnya

biarkan orang berkata demikian
sengkon mantap pada keyakinan bertani

musim akan terus berganti
panen ya panen
pada setiap butiran padi
terdapat beras yang putih bersih
cangkang akan mengelupas
menyisakan isi

Pembunuhan dan Perampokan
di Rumah Sulaiman

malam berudara lembab
becek
gerimis terus menguraikan dingin
jalan semakin sunyi
malam ditelan sepi
celah perampokan menganga di tiap rumah

perampok-perampok
meloncat keatas genting
merayap bagai cicak
masuk lubang kecil
pintu terbuka
gerak-gerik yang pelan
ciri khas rampok kawakan

sulaiman tertidur
istri mendengkur

uang, perhiasan, barang-barang mewah
incaran utama

sulaiman dibangunkan
golok mengarah ke leher

istrinya berteriak
selembar kain menyumpal mulut
tangan-kaki diikat secepat kilat

sudah mendapatkan incaran
sulaiman malah melakukan kesalahan
melawan yang bukan tandingan
terbunuh dalam satu tusukan

tak mau meninggalkan saksi
sang istri mati
di tusuk belati

warga desa digegerkan
pembunuhan dan perampokan

Warga Desa dan Sumpah Dipatuk Ular
desas-desus mulut warga
berbuah cerita
menerka dan mengira
begitulah kelakuannya

sengkon dan karta jadi sasaran
karta pinjam uang tak dikabulkan
sengkon sempat kesal pada sulaiman

karta sudah dianggap gila
sengkon berdarah golek beureum
sangkaan kuat kepada keduanya

ditambah sengkon bersumpah di depan warga
“saya tidak membunuhnya
saya bersumpah
lebih baik dipatuk ular
saya tidak membunuhnya dengan alasan kesal”

tuduhan itu bulat
setelah sengkon benar-benar dipatuk ular

Malam Jumat Dua Satu November 197413
setiap malam jum’at
yasin dilantunkan dengan hidmat
bintang-bintang berdzikir di kedipannya

suara-suara binatang
melengkingkan pujian untuk tuhan

istriku masih mengenakan mukena
mengambilkan minum dari dapur
di kejauhan terdengar warga desa gaduh

“adili si keluarga rampok itu”
“ya… usir dari kampung ini”
“bakar saja rumahnya”
 “betul”

di lubang bilik
ada banyak obor dan petromak menyala
teriakan tegas
“sodara sengkon, sodara sudah dikepung ABRI!
kalau mau selamat, menyerahlah!
sodara sudah tidak bisa kabur, angkat tangan!”

istriku kaget
“kok kamu, kang?”
kebingungan
“demi allah saya tidak berbuat jahat!”
masih dalam suara yang sama
“kalau sodara tidak keluar
dalam hitungan tiga
kami akan mengeluarkan
tembakan peringatan satu, dua… ti…g….”

secepat yang kubisa aku keluar angkat tangan
di pintu ratusan warga
mulai melontarkan sumpah serapah
anjing!
babi!
setan!
bagong!14
tai!
sampah!

segalanya ada di mulut warga
kata-kata tak mewakili peri kemanusian
warga seperti serigala
ganas
bengis
tak ada rasa kasihan
dari batu sampai bambu
dari golok sampai balok
dari cerulit sampai arit
diacung-acungkan ke arahku
serempak berkata “allahu akbar!!!”
batu, bambu, dan balok beterbangan ke arahku

“sodara-sodara sekalian, tolong hentikan
biarkan pengadilan yang memutuskan hukuman”

aku masih diselimuti kebingungan
disambut rajia seluruh badan
kepalaku ditodong senjata laras panjang
mendekati puluhan ABRI dan Polisi15

“ya… gantung saja!”
“dasar orang tak tahu diuntung!”
“sampah masyarakat!”
“bagong siah! setan alas! babi! goblok!
dulur aing paeh
gara-gara sia! anying! ku aing dipaehan siah!”16

duk! dak!
aku dikerumuni pukulan warga
ABRI dan Polisi ikut-ikutan menendang

dor!

suara tembakan di langit
terdengar sayup
aku terkapar di tanah
seorang ABRI menggusurku
darah dan becek tanah bercampur di tubuh

aku dilemparkan ke atas bak mobil
kondisi diantara sadar atau tidak

selang kejadian
sesosok tubuh dilemparkan ke bak mobil
ada sebagian tubuh yang menindih
kuperhatikan wajah yang penuh luka itu
“karta?”
kami ditangkap17 dengan tuduhan perampokan
juga pembunuhan

B.A.P
plak!
tamparan datang bertubi-tubi
 pukulan datang silih berganti18
nyeri19 adalah refleksi untuk segera mengakui

hatiku tak menyimpan dendam
melakukan pembalasan
pada sulaiman
buat apa, pak Polisi?

cukup bagiku
doa adalah obat mujarab supaya selamat20
mendoakan kebaikan untuk membangun kerukunan
kekerasan diakhiri pembunuhan
hanya menghasilkan dendam yang berkepanjangan
bahkan bisa-bisa diturunkan pada tujuh turunan
dendam yang mengalir

selebaran kertas menghantam mukaku
nama-nama ratusan warga
cap jempol yang berisi laporan dan pengaduan21

kang uji, ma onah, bi ijah, mang sueb
ki suman, bi ela, mang barnas
RT kamal, RW duloh

dan masih banyak lagi nama-nama lain
yang kukenal
bahkan masih ada pertalian keluarga22

aku tetap pada pembelaanku
aku tidak melakukan itu23

aku ditelanjangi
disulut puntung rokok
kuku jari tangan dicabut tang besi
melengkinglah jeritan dari mulutku mulut
disumpal kesetan rumah

kepala diceburkan di bak wc
tak bisa bernafas
terkapar di lantai
diinjak sepatu
dikencingi
bau

karta berkata
“tai kucing terpaksa kutelan
mulut bagai ulekan di atas tai
tak berdaya melakukan pembelaan
 pemeriksa, menjejali tuduhan yang serupa tai”

kami tak tahu hukum
pasal-pasal
kami terima semua

tubuh memar dan bengkak
tak bisa terus-terusan menjadi tameng kebenaran
aku terpaksa menandatangani
berita acara pemeriksaan

mudah-mudahan di pengadilan bisa lebih terbuka
tak ada siksaan atau penganiyaan
kami akan bicara

Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi
siapa yang kuat, dia berkuasa
siapa yang dekat dengan aparat
memperoleh perlakuan istimewa
itulah falsafah hidup dalam penjara

orang-orang yang melanggar hukum
bagai sampah
sebagian yang lain dimanfaatkan
bahkan kalau bisa diuangkan
penjara untuk membuat jera
nyatanya alat pencari keuntungan semata

jam makan tiba
jam keluhan narapidana
makanan yang kami makan
didatangkan dari amerika
nyatanya di sana
pakan untuk hewan serupa anjing

sengkon karta sudah terbiasa
dengan gaplek, goreng gadung,24kulit singkong

jantung cau25 bahkan bodogol26 nya
kami makan
karena kami dilahirkan miskin

kami hitung setiap batang besi di kamar
kami hitung pergantian orang
menghitung perkiraan jarak dari sel ke rumah

ada kerinduan yang menjerit
pada suara pintu tertutup
ada bisikan anak-anak kami
setiap sipir ngobrol sambil main gapleh
ada berjuta-juta bintang di luar jendela kecil
berkedip
membuat keluh-kesah
yang kami goreskan
di dinding kamar, di wc,
bahkan sajadah

aku ingin terus berdoa
inilah satu-satunya senjata
mempertegas kejujuran dan kebohongan

menguak keadilan dan kecurangan
merobohkan dinding tuduhan di pengadilan

kami yakin
bahwa tukang angon dan majikan
sama rata di depan tuhan

Jodo, Pati, Bagja, Cilaka,
Kumaha Nu Kawasa27
“pak hakim yang saya hormati
izinkan sengkon melakukan pembelaan
terhadap tuduhan yang bertubi-tubi
oleh jaksa penuntut umum yang dibanggakan

kami orang miskin yakin terhadap kejujuran
bahkan itu dianjurkan di dalam agama
biarlah hamba terpanggang di neraka
jika kami melenceng dari kebenaran

memang benar waktu itu kami meminjam uang
tapi kami masih sadar betul terhadap etika
terhadap keyakinan kami yang berkumandang

untuk apa kami beragama
jika kami melakukan dusta

kami malu pada leluhur
yang mengajarkan jujur
kami akan berhenti jadi manusia
jika kami keluar dari kitabnya”

hakim mengetuk palu “tolong dipersingkat”

“pak hakim, kami bukan ingin beceramah
sebab hadirin semua sudah memahaminya
ini pengaduan yang bernada keluh kesah
tolong sikapi dengan sikap pemurah

kami tidak melakukan pembunuhan
kami tidak melakukan perampokan
apa yang dituduhkan itu fitnah
tidak sesuai dengan kejadian sebenarnya

biarlah luka yang terdapat di badan
kami jadikan renungan
manusia sebagai ciptaan
tak bisa lepas dari sesalahan28

ini bukan soal sederhana
jodo, pati, bagja, cilaka
kagungan gusti
manusia hanya bisa berusaha
yang menentukan kodrat ilahi”

jaksa angkat bicara
“izinkan saya meluruskan persidangan,
pak hakim apa yang dikatakanoleh
saudara sengkon
tidak mengacu pada B.A.P yang ada
di tangan saya ini dan pada laporan
ratusan warga bojongsari sendiri
artinya bahwa kedua tersangka
sudah terbukti bersalah.
dalam B.A.P dinyatakan sengkon dan karta
berselisih dengan sulaiman
dan sengkon berkata jika aku membunuh,
biarkan dipatuk ular
 nyatanya sengkon terpatuk ular
di sini juga dicatatkan
setelah hartanya dirampok,
korban dianiaya dan dibunuh
kalau dilihat dari kronologi kejadiannya
pasal akan bertambah karena tindak pidana

yang dilakukan oleh mereka
diikuti atau disertai atau didahului
oleh tindak pidana lain
artinya pembunuhan dalam kasus ini direncanakan”

puluhan warga menyerang para terdakwa
tersulut jaksa

baik yang bodoh
baik yang pintar
keimanan harus sama
tak boleh berbeda
kalau berbeda
mencelakakan orang di sekitarnya

sayang sekali manusia suka mengukurnya
dari harta benda
berujung malapetaka
kaukah itu, jaksa?



Hakim Djurnetty Soetrisno29
disidang lagi
dituntut lagi

jaksa tetap pada tuntutannya
karta berkata
“pak hakim, kami ini orang kecil
tak tahu-menahu hukum
kami sudah tak bisa berbuat apa-apa
kami pasrah, ya..sudahlah”

jaksa malah semakin tak karuan
dan hakim lebih percaya B.A.P
ketimbang memperhatikan
hati nurani yang tersakiti
hakim, jaksa, pembela, semuanya berkepala sama
menjunjung tinggi hukum yang dicipta manusia
keadilan di mata yang ditutup kain
gelap melihat terdakwa

tok...tok…tok…tahun 197730
“atas pertimbangan;
terdakwa yang bernama sengkon
dihukum dua belas tahun penjara
dan karta dihukum tujuh tahun penjara”

Varia Nusantara31
toooootttt
toooottttttooooottttt
torororoottttttttttttooooooot
varia nusantara… varia nusantara…

berita utama datang dari bekasi
para pendengar yang setia
pengadilan negeri bekasi telah memutuskan
dua belas tahun penjara kepada sengkon
dan tujuh tahun kepada karta
atas kasus pembunuhan dan perampokan
yang telah diperbuatnya

berbahagialah karena keadilan telah ditegakan
di negara yang berasaskan pada keadilan sosial
bagi seluruh rakyat indonesia
butir kelima dari pancasila
begitulah reporter yunus
dari pengadilan negeri bekasi melaporkan

totototoooooottt totototooooooottttttt
tororororottoooooooooot
varia nusantara….
berita kedua
menyoal indeks harga konsumen
harga per unit di pasar gede

harga beras naik
harga gula pasir turun
harga garam bata tetap
minyak kelapa naik
ikan asin naik
sabun cuci turun
minyak tanah naik
tottotototrrrrrroootototrorororoototototooot

suara yang kemudian muncul
adalah himbauan pak harto
dilanjutkan oleh lagu-lagu kebangsaan
republik indonesia

Tubuh Boleh Dipenjara tapi Lamunan
di Kepala Tetap Merdeka
Ada Desa dan Musim Panen
desaku yang kurindukan masih terngiang
membawaku pada ingatan
tentang suasana dan kebiasaannya

desa tanjung baru yang terdiri dari tiga daerah
daerah bojong, laban sari, dan kampung baru32
terkenal sebagai petani handal

desa yang tanahnya banyak sawah
1950-an sawah di kampung kami
masih tadah hujan,
panen hanya satu kali dalam setahun
kalau paceklik datang kami makan nasi jagung,
gaplek dan apapun
yang penting perut tak berbunyi lapar

tapi kebijakan orang-orang PKI
tanah untuk rakyat33
membuat hati si miskin senang
karena setiap tuan-tuan tanah
dibatasi kepemilikannya tidak lebih dari lima hektar
sisa tanah dibagikan terpaksa

1964 kami dibangunkan irigasi
tapi tak lama 1965-1966

kelompok barisan tani indonesia
yang lebih dekat ke PKI, dipenjara
mati dengan lebel antek PKI
yang tak tertangkap oleh ABRI dan Polisi
memilih gantung diri34
ketakutan datang menyelimuti
hari-hari seperti diawasi

pembuatan irigasi selesai
berjalan 197035
petani yang panen dua kali
dalam setahun
ketakutan pudar setelah padi-padi numpuk di leuit36
sapocong jadi sagedeng, lima gedeng jadi sasangga,
sepuluh sangga jadi sapadati37

akan ada
menjemur padi
akan ada
antrian menggiling padi
semua warga pesta
dalam suasana gembira

makan enak
tidur nyenyak
gabah menumpuk banyak
hidup senang sentosa
indahnya desa, indahnya dunia

kami ingin mencangkul, membajak, tebar benih
tandur, melihat lilir yang keluar dengan perlahan
akan ada gemunda, mapak anak, reneuh leutik
gebyag, gumendel, kuning ujung
lalu padi menunduk berisi38

ngagebah manuk
ada beubeugig sawah

ya ilahi
beri jalan untuk pulang kerumah kami

Ngajorowok Maratan Langit
Ngoceak Maratan Jagat

tubuh sengkon kurus kering
malam menggigil
siang murung panas-dingin
keluar penjara tertatih-tatih
siksaan membekas luka

sering berdoa cepat mati
keluhan yang berarti perlawanan

bagai pohon yang meranggas
daun-daun jatuh tertiup angin
pohon tua digerogoti rayap

tuhan tak datang di kehidupannya
malaikat pencatat kebaikan
kemana kau ngeloyornya?

hati yang pedih ini
ngajorowok maratan langit
ngoceak maratan jagat39


bismillah hirrahmannirrahim
mas menur nutup ning banyu
mas merah panutup ning rasa
rasana buahna ti pancaning tengah
asalna ti kudrat ning tullah
la illahhailallah muhammadarrosulullah
allahu akbar… allahu akbar… allahu akbar…
ma bumi, ma langit, uing menta keadilan!“40

lalu bumi ini kuinjak tiga kali
“engkau yang memberikan hidup dan kehidupan
engkau juga yang memberi jalan
engkau yang memutuskan kapan datang
dan kapan harus pulang
allahu akbar… allahu akbar… allahu akbar…
ma bumi, ma langit, uing menta kaadilan!”

suasana berubah mistis
keajaiban itu datang, merindinglah bulu kuduk
dengan gemetar dan takjub

tiba-tiba di dinding kamar
 terlihat jelas keluar
sengkon terbangun dari tidurnya
“sengkon, mari kita kabur!”
“jangan! kita harus membuktikan kebenaran”

sejak saat itu
aku tak mau berpaling dari kebenaran
meski harus menerima seribu kesakitan

Gunel Siih
saipi angin, napak sancang, nerobos bumi
celah kecil jalan, jari jadi kunci,
yang gelap terang, yang terang terlihat hilang

badan anti golok, senjata tajam tak mempan
tubuh kecil, wajah dekil, otak tampak kerdil

kakekku jawara menjelma singa
menolong yang lemah, merampok yang serakah
orang kaya tak mau melihat ke bawah
harus diganyang sampai sirna

takabur di hadapan orang takabur
itu sodakoh41

membunuh jadi kebiasaan
merampok itu kerjaan
mabuk, judi, perempuan
itu kesenangan

keluar masuk penjara, aku tertawa
orang-orang memanggilku gunel siih
tak selamanya tupai lancar melompat
sekali waktu terjatuh juga
karena malam itulah aku masuk penjara

bulan ramadhan aku merampok
entah kenapa
entah bagaimana
tiba-tiba kami tertangkap

malam seribu bulan menjadi magnet
penyedot kesaktian

mantra dan jampi
tak berfungsi sama sekali
hilang
sekarang tinggal menungggu waktu
supaya ilmu kanuraganku kembali

siapakah yang dibopong itu
aku tak perduli, apalagi di rutan cipinang ini
“ada orang baru, katanya tukang rampok
dan membunuh”
aku penasaran, dia pasti kenal denganku
“katakan siapa namanya!”
“kurang tahu, bang”
“makanya tanya, tolol!
diam di jakarta kok makin tolol!”
 “iya, bang”
“namanya sengkon dan karta”
“karta perampok, sengkon pembunuh”
“sengkon?”

aku ingat nama itu
seperti nama saudaraku
aku kenal dengannya

tubuh tinggal kulit dan tulang
hampir tak kukenal

aku memeluknya, menyapa, menjamu, mengurut
kukabulkan apapun yang diminta oleh saudaraku
sengkon
termasuk obat-obatan
waktu yang tepat untuk berbakti kepada saudara

Nyanyian Gunel Siih
seperti es
di gelas air panas
 pecah!

dalam hatiku
perampok, sulaiman?
pembunuh?
jantungku berdenyut
gemetar
aku lah pelakunya

aku keluar
menangis pedih
sekali ini aku ingin mengadu

seperti
mengunjungi kampung luka
bertemu cerita di rumah duka

assalammu’alaikum
seruan yang kulantangkan di pintu surau

serupa adzan mereka membangunkanku
basah tangis ini membangkitkan langkah
menuju sajadah
mengalunlah penyesalan dari setiap sela jari
yang kuangkatkan untuk takbir
mulutku mulai mengaji tentang wajah, tentang kaki
tentang jalan panjang yang tak berujung

akulah gunel, si perampok, pembunuh, orang jahat!

di dalam ruku aku menyaksikan kaki
ia berjalan-jalan menuju ke entah
kutapakkan dimana pijakannya?

akulah gunel, si perampok, pembunuh, orang jahat!

aku bersujud padamu
mengingat kembali kepalaku yang keras
mengalir lah duka panjang di sela mataku dan nafasku nyeri untuk apa hidupku ini?

selanjutnya aku bersaksi
telunjukku mengacung kedepan
padahal aku tak bersaksi, tak menyaksikan

aku gelap, buta pada lirikan kanan dan kiri
assalammu’alaikum

ya ilahi aku tak rela dengan semua ini

Pengakuan Gunel
yang benar tapi disalahkan
 aku salah tapi lolos dari hukum
“woi ABRI…woi…Polisi…
mata kalian mata picek!
sayalah pembunuh dan perampok yang sebenarnya
mereka tak akan mengakui kesalahan
karena mereka tak melakukannya,
kecuali kalian paksa dan siksa
ketololan macam apa yang dilakukan hukum
apakah tidak ada penyidikan kembali pada kasus ini
goblog benar hukum di negeri ini
coba buka kain yang menutupi mata keadilan
coba todongkan pistol dan senjata
ke kepala anak kalian
kegoblogan yang disertai ketololan
hanya akanmenghasilkan pembusukan!”

dua belas tahun penjara
waktu yang sebentar
aku aman di dalamnya

waktu malam kujadikan operasi perampokan
waktu siang aku mendekam
tinggal di penjara dengan ilmu yang sempurna

Hari Pertama di Tahun yang Lama
Dibebaskan42
seluruh indonesia tahu
majalah ingin memuat berita kesalahan negara
semua orang berilmu datang ke rumah
rumah seperti bunga mekar
diburu tawon

tanya ini-itu
menyarankan ini-itu
padahal aku ingin damai sejahtera
tak perlu dibesar-besarkan
hanya menambah luka

keadilan bukan untuk diperdebatkan
keadilan mesti keluar dari dalam hati
untuk menghargai diri

bukan dijadikan pasal yang rumit dan berbelit-belit
hanya dimengerti oleh para ahli hukum

Mengadukan Gugatan
semua orang merongrong
uang dikedepankan sebagai gugatan
nyatanya ditolak43 tak menghasilkan kemenangan

keadilan sekali lagi berujung pada uang
UUD: ujung-ujungnya duit

majalah mengupas berita salah tangkap44
beritanya meledak seindonesia

apalah artinya berita
jika tak mengubah apa-apa

berita
hanya menguntungkan penerbitnya

Kematian dalam Bayangan
berusaha sudah
bersuara iya
gugatan takut disalahartikan!
perlawanan
resah45

ini musim petrus46
gerakannya sembunyi-sembunyi

tetangga mati
kepala ditembak bolong
bang berto47 dicekik putus
dalam karung
yang lain hilang tak pernah pulang

berita di radio
berita petrus
pengantar tidur

sengkon batuk parah
mulutnya berdarah
bernafas susah

obat apa yang diminum?
untuk apa?
mantri pemerintah?
membuat tidur selamanya

karta keluar rumah
belum banyak kendaraan
 jalan sempoyongan, tak tahu arah
mencari kebenaran di jalan raya

tak tahu penyebabnya apa
karta ditabrak truk48
entah truk siapa?
entah bermuatan apa?
siapa mereka?
 itulah persoalannya

jalan kematian adalah jalan ke pengadilan tuhan49
sengkon dan karta pergi mengadu pada tuhan

Kesaksian Luka
reka adegan dari sejarah terpendam
sejarah terlupakan
menjadi catatan hitam

bukankah kebenaran sejarah tidak tunggal?
bukankah negara yang berdiri di dunia
diawali luka yang berdarah
sehabis peperangan?50

berawal dari mana pisau peristiwa
mengiris-ngiris kulitmu
berawal dari ekonomikah?
pendidikankah?
hukum?
agama?
 atau para pejabat yang korup itu?

indonesia
membangun dirinya dari segala luka
tubuh indonesia tak terawat
namun tetap ditampilkan dengan semangat

berawal dari kata
kata yang diucapkan
dilakukan
inilah mata luka itu
untukmu

sengkon karta 2045
seratus tahun indonesia merdeka
seratus lipat tekad baja

jantung menggunung
urat jadi kawat
darah bergolak larva

sengkon tersenyum di pipi kiri
wajah karta tegas di pipi kanan
di kuning padi, bawang merah
bawang putih, tomat
gurame, bawal, cucut, tongkol
di petani di nelayan
di buku-buku sekolah
dan kelam ingatan.

Komentar

Postingan Populer